Ragamnusantara.id, – Miliarder teknologi Elon Musk kembali mengkritik mantan sekutunya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, terkait kasus pelaku kejahatan seksual Jeffrey Epstein. Hal ini dilontarkan setelah Departemen Kehakiman AS dan FBI mengumumkan tidak menemukan daftar klien Epstein pada Ahad.
Musk menegaskan bahwa partai barunya, America Party, akan fokus untuk merilis dokumen terkait kasus tersebut.
“Bagaimana bisa orang percaya pada Trump jika dia tidak mau merilis dokumen Epstein?” tulis Musk di platform media sosial miliknya X, pada Selasa seperti dilansir Anadolu.
Saat seorang pengguna bertanya apakah mengungkap dokumen tersebut menjadi prioritas utama bagi America Party, Musk mengiyakan dengan mengunggah emoji “100”.
Pemilik Tesla dan SpaceX itu sebelumnya sempat menyerukan pemakzulan Trump. Dalams ebuah postingan di X, Musk mengklaim Trump muncul dalam dokumen yang berkaitan dengan pelaku kejahatan seksual yang diklaim bunuh diri, Epstein. Kendati demikian, Musk kemudian menarik kembali klaimnya.
Foto Trump bersama Epstein sudah lama beredar di publik, tetapi Trump menyatakan tidak menyadari kejahatan yang dilakukan Epstein, yang telah divonis karena menyediakan anak di bawah umur untuk tujuan prostitusi dan perdagangan seks.
Peninjauan terhadap materi Epstein dalam prosesi pemerintah AS juga tidak menemukan bukti bahwa Epstein memeras orang-orang terkemuka sebagai bagian dari tindakannya. Ia juga dilaporkan tidak dibunuh saat dalam tahanan, menurut memo yang dirilis pada 7 Juli yang merinci temuan lembaga tersebut.
Memo tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh Axios, muncul setelah para pendukung Presiden Donald Trump mendesak pemerintah untuk merilis rincian tentang rekan-rekan Epstein setelah Trump selama kampanye presiden 2024 mendukung hal tersebut.
Departemen Kehakiman dan FBI mengatakan tidak menemukan bukti yang mendorong penyelidikan terhadap pihak ketiga yang tidak didakwa dalam kasus Epstein.
Meskipun ada berbagai teori konspirasi tentang kematian Epstein di penjara federal di New York, FBI menyimpulkan bahwa ia meninggal karena bunuh diri pada 10 Agustus 2019. Hal ini seperti yang ditentukan oleh pemeriksa medis Kota New York dan penyelidikan sebelumnya, menurut memo tersebut.
Kesimpulan itu didukung oleh bukti video dari unit penjara tempat Epstein ditahan, kata memo itu. Disebutkan bahwa video itu – yang rencananya akan dirilis ke publik secara daring – mengonfirmasi bahwa tidak seorang pun memasuki salah satu tingkatan di unit penjara Epstein sejak selnya dikunci pada pukul 10:40 malam waktu setempat pada 9 Agustus 2019, hingga sekitar pukul 6:30 pagi keesokan harinya.
Meski terdapat laporan bahwa sempat terjadi kerusakan CCTV selama beberapa waktu di momen kematian Epstein.
Epstein meninggal di sel penjara New York pada 2019 saat ia menunggu persidangan atas tuduhan perdagangan seks. Kematiannya lebih dari satu dekade setelah ia dinyatakan bersalah atas tuduhan menawarkan prostitusi kepada anak di bawah umur, yang membuatnya terdaftar sebagai pelaku kejahatan seksual.
Pada Selasa, Trump menutup pertanyaan wartawan tentang kasus tersebut.
“Apakah Anda masih membicarakan Jeffrey Epstein? Orang ini sudah dibicarakan selama bertahun-tahun,” kata Trump.
“Anda bertanya—kami punya (banjir) Texas, kami punya ini, kita punya semua hal itu. Dan apakah orang-orang masih membicarakan orang ini, orang menyebalkan ini? Itu tidak masuk akal.”
Hubungan antara Trump dan Musk, yang dulunya pendonor terbesar untuk sang presiden, telah memburuk menjadi pertikaian publik yang pahit sejak Musk mulai mengkritik kebijakan Trump yang disebutnya “Big Beautiful Bill,” dan menyebutnya “benar-benar gila dan merusak.”
Bulan lalu, Musk mengusulkan pembentukan partai politik baru, bertanya kepada para pengikutnya di X apakah ini saatnya untuk membentuk partai baru di Amerika yang benar-benar mewakili 80 persen masyarakat di tengah.
Ia kemudian mendukung usulan salah satu pendukung untuk menamai partai baru tersebut “America Party”, mirip dengan America PAC (Political Action Committee) yang ia luncurkan tahun lalu, dan telah menghabiskan US$239 juta atau sekitar Rp3,89 triliun untuk mendukung Trump serta kandidat Partai Republik lainnya dalam pemilu 2024.
Jaksa Agung AS, Pam Bondi, baru-baru ini menyatakan pemerintah AS tidak akan merilis daftar klien Epstein karena daftar tersebut disebut-sebut tidak pernah ada.
Tindakan pemerintahan Trump yang menarik kembali janji untuk merilis dokumen yang selama ini dicari oleh sekutu-sekutu konservatif, telah menuai kritik dari berbagai pihak.(RED)
More Stories
Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1280: AS Bantu Eropa Jamin Keamanan
Mengapa Serangan Houthi Mengguncang Israel?
Tottenham Gagal Reuni Yoane Wissa, Brentford Tidak Lepas Dua Bintang Sekaligus ke Manchester United